Translate

Senin, 24 Juni 2013

TEORI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN NONFORMAL



BAB I
Pendahuluan
 
Pendidikan Nonformal (Nonformal Education) Proses belajar terjadi secara terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik di laksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula.
Konsep Dasar Pendidikan Nonformal  ( PNF) perlu kita ketahui dengan alasan sebagai konsep dasar sangat diperlukan karena akan merupakan kerangka umum untuk menganalisis atau sebagi cara menerangkan fenomena-fenomena pendidikan yang terjadi di masyarakat. Alasan kedua adalah karena lapangan pendidikan nonformal dalam arti (nonformal education and sosial and economic processes) belum diteliti secara seksama dan sistematik pada masa lalu. Bahkan mungkin sampai sekarang masih sedikit hasil-hasil penelitian dibidang tersebut.
Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya, pendidikan merupakan uapaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia hidup. Pendidikan hendaknya lebih dari sekedar masalah akademik atau perolehan pengetahuan, skill dan mata pelajaran secara konvensional, melainkan harus mencakup berbagai kecakapan yang di perlukan untuk menjadi manusia yang lebih baik, karena itu, pendidikan hendaknya meliputi keterampilan kerumah tanggaan ( house hold skills ), apresiasi terhadap estetika ( aesthetic appreciation ), pembentukan sikap ( formation of attitude ), pembentukan nilai-nilai dan aspirasi ( formation of values and aspiration ), asimilasi pengetahuan yang berguna ( assimilation of pertinent knowledge ), dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan  ( information of any sort ).
Pendidikan adalah proses berkelanjutan ( education is a continuing process ). Pendidikan di mulai dari bayi sampai dewasa dan berlanjut sampai mati, yang memerlukan berbagai metode dan sumber-sumber belajar. Dalam hubungan ini, Philip H. Coomb mengategorikan metode menjadi tiga, yaitu Informal, Formal dan Nonformal, maka Malcolm Knowles menyebutnya Format ( Knowles, 1981 ).
Proses pertumbuhan manusia dalam masyarakat transisi memerlukan layanan pendidikan guna membantu pertumbuhan individu secara efektif. Kebutuhan belajar minimum yang esensial ( minimum essential learning needs ). Yang dimaksud dengan kebutuhan belajar disini adalahsesuatu yang harus diketahui dan dapat di kecakanoleh anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, sebelum mereka bertanggung jawab sebagai orang dewasa.

BAB II
Pembahasan

A.    Teori Kegiatan Belajar Mengajar Dalam pendidikan Nonformal  
Dalam bab ini akan di bahas beberapa teori yang berhubungan dalam kegiatan belajar. Aspek- aspek yang akan di uraikan meliputi :
Ø  Interaksi kegiatan belajar mengajar
Ø  Kegiatan belajar sebagai hasil dan sebagai proses
Ø  Ciri-ciri kegiatan belajar sebagai proses
Ø  Hubungan fungsional ciri-ciri kegiatan belajar.
Aspek-aspek yang di uraikan diatas satu sama lain saling berhubungan. Untuk mengetahui  wawasan setiap aspek secara umum, akan di uraikan dalam bagian-bagian di bawah ini.
1.      Interaksi Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar-mengajar terjadi melalui interaksi antara warga belajar di satu fihak dan sumber belajar di lain fihak. Dalam kegiatan belajar kelompok, interaksi itu terjadi pula antara warga belajar. Interaksi antara warga belajar dan sumber belajar atau antar warga belajar terjadi di dalam situasi kegiatan belajar- mengajar kegiatan belajar di lakukan oleh warga belajar dan kegiatan mengajar di lakukan oleh sumber belajar. Kegiatan belajar dalam pendidikan nonformal tentu saja tidak sebagai mana umumnya dilakukan dalam pendidikan formal. Pada pendidikan yang disebut pertama tadi, kegiatan mengajar mempunyai variasi nama dan perbedaan penerapannya. Istilah-istilah yang dikenal ialah membantu (fasilitasi), motivasi, bimbingan, dsb. Kegiatan belajar yang di maksud di sinih ialah segala aktivitas yang di lakukan dengan sengaja oleh warga belajar untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan ini berkaitan dengan perubahan tingkah laku warga belajar . perubahan tingkah laku ini meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan atau nilai. Aspek-aspek tersebut dimiliki oleh warga belajar melalui pengalaman belajar. Didalam kegiatan belajar kelompok, pengalaman belajar itu tidak sajah diperoleh melalui interaksi dengan sumber belajar, tetapi akan didapat pula melalui interaksi antar warga belajar. Dalam hal yang di sebut terakhir, pengalaman tersebut di peroleh melalui kegiatan saling belajar.
Kegiatan mengajar dilakukan oleh sumber belajar. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh sumber belajar yang dapat menyebabkan warga belajar melakukan kegiatan belajar. Upaya sumber belajar itu bercorak ragam cara dan penerapannya, antara lain berupa bantuan ( to facilitate ), dorongan ( to motivate ) dan atau bimbingan belajar, penerapannya akan tergantung pada situasi kegiatan belajar yang akan atau sedang di lakukan. Namun demikian arah yang di tempuh oleh sumber belajar ialah agar warga belajar yang aktif melakukan kegiatan belajar, bukan sebaliknya yaitu sumber belajar yang lebih mengutamakan kegiatannya untuk mengajar. Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi antara kedua fihak, warga belajar dan sumber belajar, menjadi kunci penting di dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam interaksi kegiatan belajar mengajar yang efektip, kedua pihak menampilkan perannannya masing-masing. Sudah jelas bahwa peranan di antara fihak yang melakukan saling hubungan itu akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pengalaman, tingkat pendidikan dan setatus mereka. Sumber belajar dan warga belajar menampilkan kepribadian masing-masing. Sebagai prasyarat untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara efektip maka sumber belajar dan warga belajar hendaknya telah memiliki pengetahuan tertentu yang berhubungan dengan kegiatan yang akan di lakukan itu. Dengan perkataan lain, warga belajar perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara atau tekhnik-tekhnik yang baik. Sebaliknya, sumber belajar dengan sendirinya harus menguasai teori-teori belajar dan metode-metode mengajar dengan memahami teori, metode dan teknik-teknik tersebut maka interaksi kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lancar. 
2.      Kegiatan belajar sebagai Hasil dan Sebagai Proses
Pengertian belajar yang seragam dan berlaku umum tidak mudah untuk di ketengahkan. Sepanjang sejarah perkembangannya, pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan pisikologi ternyata bermacam ragam. Keragaman ini disebabkan oleh latar belakang dan pandangan mereka masing-masing. Demikian pula. Pakta kegiatan belajar yang terjadi dalam observasi yang mereka lakukan dalam lingkungan-lingkungan tertentu turut pula mempengaruhi keragaman pengertian itu. Seperti halnya pengertian belajar yang di kemukakan oleh Cagne bahwa belajar itu adalah “ perubahan disposisi atau kemampuan seseorang yang di capai dengan usaha orang itu, dan perubahan itu bukan diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan dirinya secara langsung “ ( Cagne, 1980: 3). Dengan pengertian ini belajar itu merupakan usaha di dalam dan untuk perubahan tingkah laku.
Dikatakan sebagai usaha di dalam perubahan tingkah laku, karena belajar itu sendiri merupakan bagian dari tingkah laku manusia. Hal ini mencerminkan adanya sikap dan perbuatan untuk belajar pada diri seseorang. Dikatakan sebagai usaha untuk perubahan tingkah laku, karena kegiatan belajar adalah untuk meningkatkan disposisi dan kemampuan orang tersebut. Disposisi yang di maksud disini ialah sikap, minat dan nilai-nilai. Adapun yang di maksud dengan kemampuan ialah wujud penampilan seseorang untuk sesuatu lingkungan tertentu misalnya lingkungan pekerjaan dan dunia kehidupan pada umumnya. Perubahan ini bukan untuk kepentingan insidentil, melainkan terjadi dalam masa yang jelas tenggang waktunya. Oleh sebab itu hasil kegiatan belajar itu harus dapat dibandingkan dalam perubahan tingkah laku pada saat sebelum memasuki situasi kegiatan belajar dan setelah melakukan kegiatan belajar itu. Di bagian lain, perubahan yang dicapai seseorang melalui kegiatan belajar itu harus di bedakan dengan perubahan yang nampak karena pertumbuhan orang itu. Kedalam pertumbuhan ini termasuk tinggi badan, makin kekarnya otot  karena selalu melakukan olah raga setiap pagi, dan seterusnya. Tegasnya, perubahan tingkah laku yang dimaksud dengan istilah pendidikan ini di capai dengan sengaja.
3.      Ciri-ciri Kegiatan Belajar Sebagai Proses
Kini sampailah pada pemabahasan selanjutnya tentang pengertian belajar sebagai proses. Pengertian ini menunjukan bahwa belajar itu sendiri adalah suatu prose. Belajar pertama-tama terjadi dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan proses kegiatan belajar. Ia melakukan proses kegiatan belajar dengan penyesuaian tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu adalah untuk peningkatan dirinya. Dengan kata lain, belajar adalah tingkah laku untuk pengembangan diri.
Jadi dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar adalah proses penyesuaian tingkah laku. Penyesuain tingkahlaku terwujud karena belajar, bukan perubahan yang disebabkan oleh akibat langsung dari pertumbuhan orang yang disebabkan oleh akibat langsung dari pertumbuhan orang yang belajar itu. Sebagai kesimpulan dapat di rumuskan bahwa belajar sebagai proses adalahkegiatan seserang yang dilakukan secara sengaja dengan penyesuaian tingkahlaku dirinya untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan kehidupannya. Apabila dilihat lebih jauh kegiatan tersebut menunjukan cirri-ciri tersendiri yang dapat membedakan kegiatan belajar dengan kegiatan bukan belajar. Ciri-ciri tersebut ialah tujuan yang ingin dicapai, warga belajar yang dimotivasi, hambatan/ tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, presepsi dan respon. Ciri-ciri tersebut dapat diartikan sebagai berikut yang sudah penulis rangkum :
a.      Tujuan yang ingin di capai
Setiap warga belajar dapat menetapkan tujuan yang diinginkannya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan dapat melakukan kegiatan belajar guna mencapai tujuan itu . dengan mendasarkan diri pada pengalaman dan persepsinya, warga belajar mempunyai anggapan bahwa tujuan yang ingin dicapai olehnya akan dapat memuaskan dirinya dalam memenuhi kebutuhan itu. Oleh karena itu ujuan yang ingin di capai itu harus di nyatakan secara khusus dan dapat dicapai. Tujuan itu harus bermakna bagi warga belajar.
b.      Warga belajar yang termotivasi
Dalam hubungan ini kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak akan terjadi apabila tidak disertai motivasi.warga belajar melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu ia memilih kegiatan yang diharapkan dapat mengurangi rasa tidak puas dalam memenuhi kebutuhan itu. Dengan demikian, kebutuhan itu datang dari dalam diri warga belajar sendiri dan bukan di paksakan dari fihak luar.
c.       Hambatan/ tingkat kesulitan belajar
Kesulitan belajar akan menghambat usaha warga belajar dalam mencapai tujuan. Belajar memang terwujud hanya apabila ada masalah yang dihadapi oleh warga belajar. Pada dasrnya, kegiatan belajar itu ada apabila warga belajar apabila mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh, seseorang yang belajar berpidato didepan umum bertujuan agar pidatonya itu dapat menarikperhatian para  hadirin. Masalah yang timbul, sehubungan dengan itu, ialah bagaimann cara menyusun isi pidato yang menyentuh kebutuhan dan kepentingan hadirinan dan bagaiman penampilan yang harus ia lakukan di depan umum. Dengan adanya masalah itu, dapat dipahami bahwa orang itu mengalami hambatan dalam usaha mencapai tujuan yang ingin di capai olehnya.
d.      Stimulus yang berasal dari lingkungan
Stimulus dari lingkungan belajar dapat timbul dari situasi kegiatan pemecahan masalah yang sedang dilakukan. Stimulus tersebut akan timbul sejak awal sampai akhir kegiatan belajar. Pada situasi itu, warga belajar akan merasakan ketidak puasan akan dalam usaha memecahkan masalah itu. Sehubungan dengan itu, motivasi mulai dibutuhkan sejak warga belajar merasa bahwa kebutuhannya tidak akan terpenuhi dan tujuan yang diinginni itu dirasakan tidak akan tercapai. Warga belajar merasa bahwa dalam mencapai tujuan tadi ia melihat adanya rintangan atau hambatan. Karena menghadapi hambatan itu, warga belajar warga belajar mencari stimulus yang terdapat dalam lingkungannya yang dapat membantu dan bisa digunakan dalam kegiatan mencapai tujuan itu.   
e.       Warga belajar yang memahami situasi
Pemahaman warga belajar terhadap situasi ini tergantung pada latar belakang kehidupan dan latar belakang pengalaman belajarnya serta tergantung pula pada pandangannya terhadap kegiatan belajar yang sedang dilakukan. Seseorang warga belajar yang termotivasi oleh tujuan belajar dan oleh lingkungannya ia akana melakukan kegiatan belajar dengan dorongan tertentu untuk mencapai tujuan itu.
f.        Pola respon warga belajar
Setelah warga belajar membuat keputusan tentang tujuan yang ingin dicapai, dan sesudah memahami stimulus yang dihadapi dalam situasi belajar untuk mencapai tujuan itu maka selanjutnya ia melakukan respon. Warga belajr melakukan respon itu secara menyeluruh. Ia membuat reaksi terhadap stimulus dengan menggunakan pengalaman belajar yang lalu dan kesiapan khusus yang ia miliki. Reaksi itu bertujuan, ia tidak melakukannya tanpa arah atau semaunya saja, tetapi kegiatannya dilakukan untuk menuju tujuan yang telah ditetapkan.

4.      Hubungan Fungsional Ciri-ciri Kegiatan Belajar
Sebagai bagian akhir dalam membahas cirri-ciri kegiatan belajar sebagai prose situ akan dikemukakan tentang hubungan kepungsian antara cirri-ciri tersebut. Seseorang warga belajar akan memodifikasi tingkah lakunya disebabkan oleh dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan yang di anggap dapat memenuhi kebutuhan yang disarankan. Motivasi dari dalam dirinya akan menyebabkan warga belajar mencari cara-cara yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Ia mulai mengarahkan kemampuannya dalam kegiatan yang lebih terorganisasi. Ia mencari sesuatu yang dapat membantu usaha untuk mencapai tujuan, ia memilih ujuan-tujuan tertentu dari sekian banyak tujuan yang mungkin dapat di capai. Selanjutnya, warga belajar mulai melakukan kegiatan belajar.
Apabila tujuan yang ia capai hanya menggunakan cara-cara yang telah  dimiliki sebelumnya maka ia bukan melakukan kegiatan belajar tetapi ia hanya mengulangi pola respon yang lalu yang telah dimiliki. Tetapi, anadaikata ia tidak dapat mencapai tujuan dengan cara-cara yang biasa dilakukan maka ia harus memodifikasi tingkahlakunya. Modifikasi ini dilakukan melalui pemahaman terhadap situasi kegiatan belajar sehingga warga belajar mengetahui sesuatu yang ada atau terjadi dalam jarak antara keadaan dirinya pada saat ini dengan tujuan yang ingin ia capai. Ia memeriksa secara kritis hambatan-hambatan yang ada dan menyadari apakah hambatan-hambatan itu akan mampu ia atasi.
Dengan memperkirakan segala kemungkinan usaha untuk mencapai tujuan, warga belajar menetapkan kegiatan yang dianggap paling tepat dilakukan. Untuk menetapkan kegiatan yang paling cocok itu diperlukan analisa dan interpretasi terhadap situasi kegiatan belajar. Ia menggunakan stimulus yang ada. Selanjutnya stimulus itu dirangkaikan dan diorganisasi. Ia memahami hubungan antara stimulus yang dapat membawa kepada tercapainya tujuan. Pola respon kemudian mengikuti rangkaian stimulus yang telah di susun itu. Dengan demikian beberapa stimulus  akan terlihat lebih tepat dan lebih penting dibandingkan dengan stimulus lain. Hal tersebut akan menyebabkan warga belajar mencoba menyusun keserasian kegiatan untuk mencapai tujuan.
Tahap selanjutnya, warga belajar memulai kegiatan untuk mencapai tujuan. Tujuan mungkin tercapai dengan baik atau mungkin pula tidak tercapai. Apabila tidak tercapai, warga belajar akan mengulangi langkah-langkah sebagaiman telah di uraikan di muka dan encari paktor-paktor penyebabnya. Ia harus memodifikasi usahanya agar tujuan itu tercapai dengan baiak. Apabila tujuan tercapai, warga belajar akan mengulangi cara-cara yang ia telah lakukan dalam menghadapi hal yang serupa di masa berikutnya. Ia akan menjadikan pengalaman belajar itu sebagai respon. Dengan proses generalisasi terhadap keseluruhan langkah-langkah yang telah di lakukan maka warga belajar  akan menyerap pola respon tersebut kedalam tingkahlku kehidupannya. Generalisasi tentang langkah-langkah kegiatan belajar itu dapat di gambarkan sebagai berikut :
Sebagai contoh, langkah-langkah kegiatan belajar yang di lakukan oleh warga belajar dalam belajar membaca. Motivasi mendorong warga belajar itu untuk menentukan tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. Tujuan itu ialah dapat membaca. Seorang sumber belajar akan menyediakan bahan belajar berupa buku-buku agar warga belajar menggunakannya sebagai stimulus. Dalam hal ini warga belajar akan belajar membaca dengan menggunakan stimulus. Dalam belajar ini warga belajar di bantu oleh sumber belajar.
Kini warga belajar mulai melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan belajar. Sumber belajar akan membantu meningkatkan penguasaan kata-kata, kalimat, tanda baca, dst. Bantuan sumber belajar itu diarahkan agar warga belajar dapat menggabungkan kata-kata menjadi kalimat. Selanjutnya sumber belajar membantu warga belajar untuk menguraikan kalimat kedalam kata-kata, kata-kata kedalam suku kata dan suku kata menjadi huruf-huruf. Bantuan dapat pula dilakukan dengan sebaliknya yaitu hurup-hurup disusun menjadi suku kata, beberapa suku kata menjadi kata, kata- kata menjadi kalimat. Selama proses tersebu warga belajar menggunakan pola respon tertentu. Ia memulai dengan proses menggabungkan yang di mulai dengan menyusun huruf-huruf menjadi kata-kata menjadi kalimat, menjadi paragraph dan akhirnya ia dapat membaca cerita. Dalam proses ini, warga belajar tentu enemui hambatan itu di atas dengan meningkatkan usaha warga belajar untuk memahami bagaimana keadaan kegiatan belajar itu di lakukan. Dengan melakukan respon yang dianggap tepat maka tujuan belajar, yaitu dapat membaca, akan tercapa dengan efisien dan efektif. 

BAB III
Kesimpulan

Sumber belajar membantu warga belajar untuk mengevaluasi proses, hasil dan pengaruh kegatan belajar. Kegiatan ini di arahkan agar warga belajar memahami kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan, mengenal langkah-langkah yang cocok atau tidak serta dapat mengemukakan alasan-alasan yang sesuai dengan pengalaman belajarnya. Selain itu mereka dapat merasakan perubahan yang diperoleh setelah kegiatan belajar di bandingkan dengan keadaan mereka pada saat sebelum mengikuti kegiatan belajar itu terhadap dunia kehidupannya.
Jadi dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar adalah proses penyesuaian tingkah laku. Penyesuain tingkahlaku terwujud karena belajar, bukan perubahan yang disebabkan oleh akibat langsung dari pertumbuhan orang yang disebabkan oleh akibat langsung dari pertumbuhan orang yang belajar itu. Sebagai kesimpulan dapat di rumuskan bahwa belajar sebagai proses adalahkegiatan seserang yang dilakukan secara sengaja dengan penyesuaian tingkahlaku dirinya untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan kehidupannya. Apabila dilihat lebih jauh kegiatan tersebut menunjukan cirri-ciri tersendiri yang dapat membedakan kegiatan belajar dengan kegiatan bukan belajar. Ciri-ciri tersebut ialah :

Ø  Tujuan yang ingin dicapai
Ø  Warga belajar yang di Motivasi
Ø  Hambatan/ tingkat kesulitan belajar
Ø  Stimulus yang berasal dari lingkungan
Ø  Warga belajar yang memahami Presepsi
Ø  Pola Respon warga belajr  





Daptar Pustaka

Saleh Marzuki, 2010 Pendidikan Nonformal ( Dimensi Dalam Kekerasan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi ),  PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. cet.1, hal.136-137.
Sudjana, 1983, ( Strategi Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Pendidikan Nonformal )    THEME 76,  Bandung, hal, 34-48.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar